Ketika jiwa mulai berkata-kata pilu, dengarkan
Jangan manjakan bebalmu
Lunglai terlena bujuk rayu
Tanpa tahu, kalbumu perlahan kaku
Mulut mungkin saja menipu
Mata mungkin saja tertutup debu
Hidungmu bisa saja tidak dapat membedakan bau
Tapi yang ada di rongga dadamu adalah yang selalu tahu
Hei, kau keturunan ular beludak
Apa kau tidak kenal kata muak
Kakiku sudah pegal menghentak
Tapi kau bebal, tuli, dan congkak
Ayo, berhenti saja
Lemaskan semua raga
Rebahlah pada cakrawala
Saat fajar datang di ujungnya
Jangan ragu, bukalah mata dan
panjatlah rongga jendela
(Surabaya, 4 Januari
2020)

Komentar
Posting Komentar